Cibarusah, adalah salah satu kecamatan di selatan Kabupaten Bekasi, berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor dan Karawang. Merupakan wilayah titik temu serunya arus bingkai sejarah perjuangan dan dakwah Islam di Bekasi.
Baca Juga: Sayur Pucung - Betawi Punya Cerita
Keseruan yang picunya muncul ketika Fatahillah, pada tahun 1527 mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, membangunnya jadi wilayah pelabuhan yang lebih maju, seiring strategi dakwah Islam yang juga kian masif berkembang.
Baca Juga: Berani, Bocah Perempuan Ini Bisa Loloskan Diri Dari Percobaan Penculikan
Ledakan serunya kemudian terjadi ketika Jayakarta, dipimpin penerus Fatahillah, Adipati Wijayakrama atau dikenal dengan nama Pangeran Jayakarta. Ditaklukan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada 30 Mei 1619, dan sang pangeran dibui dalam tahanan. VOC lalu mengganti nama Jayakarta jadi Batavia.
Baca Juga: Pemkab Bekasi Bersama TP2GD, Godok Pengusulan KH Mamun Nawawi Sebagai Pahlawan Nasional
Namun Pangeran Senapati, anaknya Pangeran Jayakarta, berhasil melarikan diri. Bersama para pengikutnya menyusur jalur pantai utara Bekasi, Cabangbungin dan Pabayuran. Terus ke selatan, lewati Lemahabang, hingga menetap sambil berdakwah di Cibarusah (jejak Pangeran Senapati kini berupa kuburnya, dikenal lewat sebutan makam Mbah Uyut Sena).
Baca Juga: Diduga Bunuh Diri, Mayat Perempuan Mengambang Di Bendungan Koja
Keseruan kedua, terjadi ketika kesultanan Banten dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa (bertahta tahun 1651-1683). Bersama anaknya, Pangeran Purbaya, ditaklukan VOC dan ditahan di Batavia. Sebelum ditangkap, Pangeran Purbaya sempat melarikan diri. Bersama pengikutnya, ia bergerak ke arah wilayah selatan Bekasi, dan menetap di Cileungsi (Bogor).
Mereka menyebar, berdakwah ke daera sekitar seperti Cibarusah misalnya. Bisa jadi, lantas berbaur dengan rombongan Pangeran Senapati, yang telah lebih dulu menetap di Cibarusah. Jejak mereka hingga kini bisa ditelusuri, di Cibarusah banyak yang keturunan dari kesultanan Banten. Khasnya nampak pada sebutan Raden atau Ratu di depan nama mereka.
Baca Juga: DKKB Gelar Pentas Seni Budaya
Kenyataan sejarah itu, menegas adanya arus penyebaran Islam di Bekasi. Titik picu serunya muncul di barat (Batavia). Keturunan Fatahillah dan pengikutnya, membuat arus sebaran lewat sisi pantai utara ("bilir") ke timur, dan terus belok ke selatan ("udik"). Sementara keturunan kesultanan Banten, jalur arusnya lewat sisi barat ke arah selatan, dan terus belok ke timur. Keduanya mencapai titik temu di Cibarusah, membentuk arus bingkai dakwah dan perjuangan Islam di Bekasi.
Baca Juga: Sikap Putri Chandrawathi Terhadap Suami nya Ferdy Sambo Menjadi Sorotan Saat Rekonstruksi
Artikel Terkait
DKKB Gelar Pentas Seni Budaya
Ternyata Pelecehan Seksual Tidak Mengenal Gender, Seorang Pria Mengaku Dilecehkan Oleh Sesama Pria Di Kereta
Diduga Bunuh Diri, Mayat Perempuan Mengambang Di Bendungan Koja
Pemkab Bekasi Bersama TP2GD, Godok Pengusulan KH Mamun Nawawi Sebagai Pahlawan Nasional
Berani, Bocah Perempuan Ini Bisa Loloskan Diri Dari Percobaan Penculikan
Sayur Pucung - Betawi Punya Cerita