Konon pada jaman dahulu kala kira kira pada abad ke VIII sampai abad ke XVI di ujung Pananjung berdiri satu kerjaan yg di pimpin oleh seorang Raja yg bernama Raden Anggalarang,
dengan mempunyai Prameswari yg bernama Dewi Siti Samboja atau Dewi Rengganis.
Baca Juga: Tabrakan beruntun Di Tol Pejagan Libatkan 13 Kendaraan, 1 Tewas
Raden Anggalarang mendirikan Kerajaan di ujung Pananjung itu atas kehendak sendiri meminta kepada ayahnya yaitu Prabu Haur Kuning yg pada waktu memegang pimpinan Kerajaan Daerah Galuh.
Baca Juga: Preman Kampung Di Bekasi Salah Sasaran Palak TNI, Akhirnya Minta Maaf
Sedangkan kehendak Raden Anggalarang mendirikan Kerajaan di ujung Pananjung itu oleh ayahnya sudah di beri tahu bahwa kerajaan yg di dirikan oleh Raden Anggalarang tidak akan lama paling seumur tanaman jagung
Baca Juga: Usai Gempa Berkekuatan M 7,2 Mengguncang Tiwan, Jepang Rrilis Ancaman Tsunami
Yang menjadikan masalah menurut Prabu Haur Kuning di daerah pinggir pantai apalagi di ujung Pananjung banyak orang orang jahat sebab di sana itu tempat persinggahan andar-andar atau bajo maka tempat itu sekarang di sebut Pangandaran.
Baca Juga: Prof Azyumardi Azra,Ketua Dewan Pers Meninggall Dunia
Raden Anggalarang tidak mengindahkan sabda ramanda terus saja mendirikan Kerajaan yg di bantu oleh Wadia balad yg di dampingi oleh seorang Patih yaitu Arya Kidang Pananjung dan Mama Lengser..
Baca Juga: Ditahan Seri Madura United, Doll : Ini Pertandingan Yang Sulit
Tidak seberapa lama sabda ramanda terjadi timbul peperangan dengan para bajo ( orang jahat) yg singgah di perairan pantai tersebut.Pada waktu peperangan itu pimpinan bajo tahu bahwa Prameswari raja sangat cantik,jadi semangat peperangannya menjadi jadi sehingga Kipatih Arya Kidang Pananjung dapat dikalahkan sampai mati.
Baca Juga: Baru Jadi Raja Beberapa Hari, Charles lll Pecat 100 Pegawai
Raden Anggalarang merasa terkalahkan dalam peperangan,sehingga dia memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Hasil persetujuan dengan mama Lengser,kepergiannya ke arah timur, yang di perkirakan agak aman .setelah sampainya di suatu tempat yg sekarang di sebut Babakan, Raden Anggalarang memutuskan untuk istirahat ( mabak-mabak).
Baca Juga: Nasi Goreng Betawi
Artikel Terkait
Akhir Pertarungan Megawati, Dari Sebuah Kamar Bertarif Rp 2500
Akhir Pelarian Buruh Teladan - Amosi Telambanua
Bekasi Hancur
TUGU MUSEUM BEKASI
Hendropriyono Aktor Politik 1994, Jenderal Dengan Beragam Gebrakan
KH. RADEN MAKMUN NAWAWI ULAMA PEJUANG DARI CIBARUSAH
DJIONG Jawara Betawi Yang Terlupakan
Menelusuri Kisah Dibalik Monumen Kali Bekasi